
Pernahkah kita mengetahui, siapa saja pemuda pemuda Indonesia yang pada waktu peristiwa Lahirnya Sumpah Pemuda ini, mereka adalah pemuda pemuda Indonesia yang terlibat langsung dalam aktivitas tonggak besar Bangsa Indonesia ?
Terlepas dari apa yang terjadi di kemudian hari, sejarah Indonesia mencatatkan keterlibatan mereka semua ini dalam aktivitas pergerakan bangsa Indonesia.
Soenario

Merupakan seorang pengacara yang aktif membela para aktivis kemerdekaan pada waktu itu. Soenario dipercaya sebagai penasihat panitia perumusan Sumpah Pemuda dan juga pembicara. Pria yang lahir di Madiun, Jawa Timur pada tahun 1902 ini memiliki nama lengkap Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo. Setelah menyelesaikan masa studinya di tanah air, dia langsung berangkat ke Belanda guna melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Sunario adalah salah satu tokoh yang berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional Manifesto 1925 dan Konggres Pemuda II. Ketika Manifesto Politik itu dicetuskan ia menjadi Pengurus Perhimpunan Indonesia bersama Hatta. Sunario menjadi Sekretaris II, Hatta bendahara I. Akhir Desember 1925, ia meraih gelar Meester in de rechten, lalu pulang ke Indonesia. Aktif sebagai pengacara, ia membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda. Ia menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kongres itu Sunario menjadi pembicara dengan makalah ” Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia “.
Johannes Leimena

Johannes Leimena lahir di Ambon, Maluku pada tahun 1905.Saat Kongres Pemuda II masih berjalan, dia merupakan anggota panitia kongres.Perlu diketahui bahwa Leimena merupakan mahasiswa aktivis yang mengetuai organisasi Jong Ambon. Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.
Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA Surabaya (1930), ia melanjutkan pendidikan di Geneeskunde Hogeschool (GHS – Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
Soegondo Djojopoespito

Seorang aktivis pendidikan yang juga tinggal di kediaman Ki Hajar Dewantara. Tokoh pemuda yang satu ini lahir pada tahun 1905. Tidak banyak orang yang tahu bahwa Soegondo inilah yang memimpin jalannya Kongres Pemuda II hingga menghasilkan Sumpah Pemuda yang kini terkenal.
Soegondo adalah seorang lulusan Rechts Hooge School, Sekolah Tinggi Hukum yang merupakan cikal bakal Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Di Rechts Hooge School, Soegondo hanya mencapai tingkat P (propadeus) atau setara dengan Diploma II. Sebelum menjadi Ketua Panitia Kongres Pemuda II, Soegondo juga mengikuti Kongres Pemuda I yang digelar tahun 1926. Soegondo dipilih menjadi Ketua Panitia Kongres Pemuda II atas persetujuan Mohammad Hatta selaku Ketua Persatuan Pemuda Indonesia di Belanda, organisasi penggagas ide kongres.
Pada waktu semua orang ikut dalam organisasi pemuda, pemuda Sugondo masuk dalam PPI (Persatuan Pemuda Indonesia – dan tidak masuk dalam Jong Java). Pada tahun 1926 saat Konggres Pemuda I, Sugondo ikut serta dalam kegiatan tersebut. Tahun 1928, ketika akan ada Konggres Pemuda II 1928, maka Sugondo terpilih jadi Ketua atas persetujuan Drs. Mohammad Hatta sebagai ketua PPI di Negeri Belanda dan Ir. Sukarno (yang pernah serumah di Surabaya) di Bandung. Mengapa Sugondo terpilih menjadi Ketua Konggres, karena ia adalah anggota PPI (Persatuan Pemuda Indonesia – wadah pemuda independen pada waktu itu dan bukan berdasarkan kesukuan.
Djoko Marsaid
Merupakan wakil ketua saat Kongres Pemuda berlangsung. Djoko sendiri merupakan ketua dari Jong Java. Tidak banyak informasi yang bisa digali dari seorang Djoko Marsaid ini. Namun, namanya tetap tercantum dalam tokoh penting perumusan Sumpah Pemuda.
M. Yamin

M. Yamin adalah seorang penyair yang merintis gaya puisi modern di Indonesia. Pria kelahiran Minangkabau tahun 1903 ini merupakan salah satu tokoh yang mendorong Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dalam perumusan Sumpah Pemuda.
Amir Syarifuddin Harahap

Wakil dari Jong Batak Bond.Saat perumusan Sumpah Pemuda, dia kerap menyumbangkan ide-ide brilian. Amir juga merupakan aktivis anti Jepang dan pernah terancam hukuman mati.
W.R. Supratman

Tentu kita semua pasti mengenal pemuda Indonesia yang satu ini . Ya,…. dialah pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tidak banyak yang tahu bahwa pria bernama lengkap Wage Rudolf Soepratman ini merupakan seorang wartawan dan pengarang. Selain itu, dia juga pandai dalam memainkan biola. Saat penutupan Sumpah Pemuda, dia memainkan sebuah lagu secara instrumental dengan biola (tanpa teks) yang kini dikenal sebagai lagu Indonesia Raya.
S. Mangoensarkoro

Merupakan seorang tokoh penting yang lahir pada tahun 1904. Pria bernama lengkap Sarmidi Mangoensarkoro ini merupakan pejuang di bidang pendidikan. Saat Kongres Pemuda I dan II, dia sering berbicara mengenai pendidikan untuk bangsa Indonesia.
Berkat konsentrasinya yang kuat dalam bidang tersebut, dia dipercaya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1949 hingga 1950.
Kartosoewirjo
Pria bernama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosiewirjo ini pada akhirnya merupakan pemimpin gerakan DI/TII yang mendeklarasikan Negara Islam Indonesia. Walau begitu, dia merupakan salah satu tokoh penting dalam pembuatan Sumpah Pemuda 1928. Pria Kelahiran 7 Februari 1905 ini merupakan segelintir putra bangsa yang berhasil mengenyam pendidikan Eropa kala itu. Dia bersekolah di Holland Inlandsche School (HIS) di Rembang.Tempat itu merupakan sekolah elit khusus untuk anak-anak Eropa totok dan Indo (campuran)
Kasman Singodimedjo

Perintis keberadaan Pramuka di Indonesia. Dia juga dikenal sebagai orator yang ulung. Pria kelahiran Purworejo, Jawa Tengah ini pernah menjabat sebagai Jaksa Agung Indonesia dari tahun 1945 hingga 1946.
Mohammad Roem

Merupakan aktivis pemuda sekaligus mahasiswa hukum. Rasa nasionalisme dalam dirinya terbakar setelah mendapatkan perlakukan diskriminatif di sekolah Belanda. Akhirnya, pria yang sering disapa Moh.Roem ini bertekad untuk ikut serta dalam perumusan ikrar Sumpah Pemuda.
A.K. Gani

Pria bernama asli Adnan Kapau Gani ini merupakan aktivis pemuda. Dia bergerak dalam organisasi Jong Sumatra Bond. A.K. Gani lahir di Palembayan, Sumatera Barat, pada tanggal 16 September 1905. Ayahnya adalah seorang guru. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923. Kemudian ia pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan mengambil sekolah kedokteran. Adnan meneruskan ke sekolah tinggi kedokteran STOVIA di Jakarta. Sayangnya, sekolah ini pada 1927 ditutup, sehingga Adnan harus melanjutkan sekolah ke AMS (setingkat SMA zaman Belanda) hingga lulus pada 1928. Setahun kemudian, Adnan masuk Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoge School/GHS) Jakarta, dan baru lulus pada 1940.
Setelah proklamasi dan selama masa revolusi fisik, Gani memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun 1945, ia menjadi komisaris PNI dan Residen Sumatera Selatan. Dia juga mengkoordinasikan usaha militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang sebuah lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional. Ia merundingkan penjualan aset-aset pihak asing, termasuk perusahaan milik Belanda Shell. Gani juga terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer. Beberapa koneksinya di Singapura, banyak membantu dalam tugas ini.
Sie Kong Liong
Nama pria yang satu ini seringkali tidak disebut saat membicarakan Sumpah Pemuda. Tapi patut diketahui , apapun alasannya, dia adalah pemilik rumah tempat berlangsungnya Kongres Pemuda II. Rumah itu terletak di Jalan Kramat Raya. Saat ini, rumah itu telah dijadikan sebuah museum. Gedung di jalan Kramat Raya 106 milik Sie Kong Liang ini, menjadi Gedung Sumpah Pemuda pada 20 Mei 1973.
/snv- disarikan dari berbagai sumber.